Rabu, 13 Agustus 2014

Meneladani Daud

Siapa yang tidak tahu Daud? Seorang raja yang sangat dekat dengan Tuhan. Kali ini saya ingin membagikan beberapa kalimat dari Daud yang sangat amat saya kagumi pake banget :D

2 Samuel 15:25-26
Lalu berkatalah raja kepada Zadok: "Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya. Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya. 
Jadi ceritanya, Absalom anak Daud punya dosa besaar. Dia membunuh saudara-saudaranya lalu melarikan diri.  Awalnya, Raja Daud marah. Tapi kemudian Daud memaafkan Absalom. Ini salah satu kesalahan Daud, ia tidak mendidik anaknya dengan baik. Namun bukan ini yang mau saya bahas. Tapi kejadian setelahnya.....

Bukannya bertobat, kejahatan Absalom makin menjadi-jadi! Ia menghasut rakyat dengan bersikap baik kepada mereka. Tiap hari ia berdiri di pintu gerbang, mengatakan hal-hal yang baik kepada rakyat. Apabila ada yang akan sujud menyembah kepadanya, ia mengulurkan tangan dan mencium orang itu. Sikap ramah ditambah dengan rupanya yang elok membuat ia disenangi mayoritas rakyat. Tujuannya hanya 1: merebut kekuasaan ayahnya. Ia ingin menjadi raja!

Lihat nasib Daud! Ia dikhianati anaknya sendiri. Tak lama kemudian, hampir semua rakyat berpihak pada Absalom. Iapun kabur dari Istana bersama keluarga serta sebagian rakyat yang masih berpihak padanya. Saat itu, keselamatannya sedang terancam. Ia berjalan menyebrangi Sungai Kidron .

Lihatlah apa yang dikatakan Daud saat keadaannya begitu menyesakkan seperti itu. Bukannya bersungut-sungut, memohon dengan paksaan, ataupun "memerintah" Tuhan melakukan keajaiban, ia malah menerimanya dan bersedia menjalani apapun yang telah Tuhan rencanakan untuk-Nya. Saya rasa sikap Daud ini sangat berkebalikan dengan sikap kita. Seringkali saat mengalami kesusahan kita mengeluh kepada Tuhan seakan-akan tidak ada orang lain yang lebih menderita dari kita. Kita memaksa Tuhan untuk membuat muzizat, menghilangkan semua masalah kita dan menggantinya dengan kegembiraan. Perlu kita renungkan, siapa yang Tuhan dan siapa yang hamba? Kitalah hamba! Kita ini sampah yang Tuhan pungut. Apa hak kita memerintah Tuhan? Harusnya, kitalah yang tunduk kepada Tuhan. Mari kita teladani Daud. Kita jalani peran kita sebagai hamba yang selalu turut Firman-Nya, selalu bersyukur, dan biarlah Tuhan mengerjakan apa yang baik di mata-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar